Minggu, 06 Juni 2010

SINDROM ASPERGER

Adi (5 tahun), tampak sehat dan cerdas masuk ke ruang praktek dokter. Menjawab pertanyaan dengan santun, ”Kabar saya baik, bagaimana dengan kabar Anda?” Ketika dokter bertanya tentang sekolah, tiba-tiba Adi bercerita tentang Anak Gunung Krakatau yang dikabarkan akan meletus, lengkap dengan cerita bagaimana terjadinya proses letusan gunung berapi disertai banjir lahar dan lava serta mengajak sang dokter berdiskusi tentang Gunung Kelud yang memperlihatkan gejala sama.

Topik pembicaraan tidak juga beralih meskipun dokter berusaha mengalihkan pembicaraan dengan pertanyaan ringan seputar teman sekolahnya. Orang tua Adi bercerita bahwa putera mereka mengenal huruf sejak usia 18 bulan dan dapat membaca dengan belajar sendiri sebelum berusia 3 tahun. Sejak bisa membaca Adi lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca sains ketimbang bermain bola atau sepeda. Jeniuskah Adi? Pastinya ya, lalu apa yang salah dengan Adi?

Di sekolah ternyata teman-teman Adi tidak suka bermain dengannya karena menganggap Adi aneh. Alih-alih membicarakan film Spongebob dengan teman-temannya, Adi lebih suka bercerita bagaimana pesawat ruang angkasa bisa mendarat di bulan. Adi pun sering diejek karena tutur katanya sangat sopan seperti di buku bahasa dengan intonasi yang datar dengan gaya bahasa seperti orang dewasa. Adi juga kerap balik menirukan pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Di mata guru, Adi anak yang sangat cerdas, ”berbeda” dengan anak lain, lebih senang menyendiri dan sibuk dengan buku dan kadang tidak perduli dengan orang lain atau jika diajak bicara. Apa masalah yang terjadi pada Andi? Autis ? anak super jenius?…… ternyata bukan, Adi menunjukkan gejala sindrom Asperger.

Apa itu sindrom Asperger ? apakah termasuk bagian dari autis?

Sindrom Asperger (SA) termasuk gangguan perkembangan yang mempengaruhi kemampuan seorang anak untuk bersosialisasi dan berkomunikasi. Anak laki-laki 3-4 kali lebih banyak terkena dibandingkan anak wanita.

Tanda dan gejala anak SA antara lain :

Problem sosialisasi :

  • Anak SA sebenarnya ingin berteman tetapi sering ditolak atau diejek oleh teman-temannya.
  • Kurang atau tidak mengerti bagaimana perasaan orang lain.
  • Tidak mengerti humor dan norma-norma sosial yang berlaku
  • Menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku.
  • Kurang fleksibel karena lebih suka pada rutinitas sehingga sulit beradaptasi

Problem komunikasi :

  • Dalam percakapan, anak SA akan lebih banyak bicara tentang hal yang diminatinya tanpa memperdulikan apakah lawan bicaranya tertarik atau mengerti apa yang dibicarakan.
  • Tidak memahami komunikasi non verbal seperti ekspresi dan bahasa tubuh orang lain serta kurangnya kontak mata.
  • Terobsesi pada hal-hal yang sangat spesifik seperti statistik, jadwal kereta, cuaca dll.
  • Berbicara dengan suara yang monoton, datar, formal dengan kecepatan yang lambat atau cepat.
  • Kurang mampu berkomunikasi dua arah.
  • Kerap menginterupsi pembicaraan.

Problem motorik dan sensorik:

  • Koordinasi motorik halus yang kurang atau clumsy (canggung)
  • Kurang dapat menjaga keseimbangan dan meniru gerakan yang bersifat cepat, halus dan ritmik serta tulisan tangan yang tidak rapi,
  • Sensitif terdahadap suara, raba, rasa, cahaya, bau, nyeri dan suhu serta tekstur makanan.

Penyebab SA belum banyak diketahui, diduga karena faktor genetik dan kelainan struktural daerah tertentu di otak.

Bagaimana membedakan SA dengan autis terutama jenis high functioning autis (autis dengan kemampuan verbal dan kognitif yang baik) ?

Autis juga bermasalah dalam hal komunikasi dan sosialisasi serta minat yang terbatas. Beberapa ahli memasukkan SA dalam ASD (Autistic Spectrum Disorder). Ahli lain menyatakan bahwa SA berbeda dengan autis maupun ASD. Akan tetapi hampir semua sepakat bahwa perbedaan utama antara SA dengan autis maupun ASD adalah anak SA memperlihatkan perkembangan bahasa/bicara serta kecerdasan yang normal sesuai usianya, bahkan kemampuan ini kadang melebihi usia. Sehingga anak SA tidak datang dengan keluhan terlambat bicara tetapi dengan keluhan masalah di sekolah karena kurangnya sosialisasi atau dianggap aneh.

Apakah anak kita menunjukkan gejala SA ?

Kadang sulit untuk dijawab karena sebagian anak masih bersifat egosentris dalam bersosialisasi serta membicarakan hal-hal yang itu-itu saja seperti mainan atau tokoh kartun favoritnya.Tetapi jika hal-hal tersebut sampai mengganggu sosialisasi dengan teman-temannya , menganggu proses belajar serta anak kita dianggap eksentrik maka sebaiknya berkonsultasi dengan para ahli.

Referensi

  • http://www.emedicinehealth.com
  • A parents guide to Asperger Syndrome & High functioning autism, by Sally Ozanoff PhD, Geraldine Dawson PhD, James Mc Portland, PhD

CEGUKAN PADA ANAK

Benarkah cegukan disebabkan karena bayi/anak kurang minum. Berbahayakah? Bagaimana mencegahnya?

Sekat rongga dada (diafragma) adalah otot yang membatasi rongga dada dengan rongga perut yang selalu bergerak setiap waktu. Bila kita menarik napas maka diafragma akan berkontraksi dan tertarik ke bawah untuk membantu mengisap udara, sebaliknya bila kita menghembuskan napas diafragma terdorong ke rongga dada untuk membantu pengeluaran napas.

Cegukan (hiccups) atau dalam bahasa medisnya disebut singultus adalah kontraksi tiba-tiba yang tak disengaja pada diafragma. Akibat kontraksi tersebut akan timbul hisapan udara secara mendadak masuk ke dalam paru melewati ruang antara pita suara (glottis), sehingga menyebabkan terjadinya suara “hik” yang khas. Kontraksi yang tiba-tiba tersebut terjadi akibat adanya rangsangan pada diafragma seperti makan terlalu cepat, minum air terlalu dingin, makan makanan yang sangat panas atau pedas, tertawa atau batuk terlalu keras atau minum minuman yang beralkohol.

Cegukan biasanya akan hilang dengan sendirinya atau hilang saat si kecil tidur meskipun ada beberapa cara untuk mempercepat menghentikan cegukan. Cegukan yang berlangsung lebih dari satu jam harus diwaspadai dan sebaiknya segera meminta pertolongan dokter untuk memastikan apakah terdapat kelainan yang serius.

Kelainan yang dapat menimbulkan cegukan antara lain

  1. adanya gangguan saraf diafragma,
  2. radang paru, kelainan di otak seperti tumor,
  3. penyakit ginjal,
  4. gangguan keseimbangan elektrolit.

Apa yang dapat dilakukan bila si kecil cegukan?

Bila si kecil mengalami cegukan ada beberapa hal dapat dilakukan untuk menghentikannya;

  1. Berikan minum air hangat
  2. Menarik napas dalam tahan sebentar lalu dihembuskan
  3. Tidur berbaring dengan lutut ditekuk
  4. Makan sesendok gula
  5. Meletakkan kantong kertas di depan mulut dan mencoba bernapas dari kantong kertas itu selama beberapa menit.

Untuk mencegah terjadinya cegukan ada beberapa hal yang dapat dilakukan;

  1. Jangan memberikan makan atau minum terlalu cepat
  2. Berikanlah air putih 1 – 2 sendok teh kepada bayi setelah minum susu.
  3. Jangan mengajak bercanda bayi sesaat setelah minum susu, berikan waktu istirahat sekitar setengah jam setelah dia minum susu.
  4. Hindari tidak ada udara yang terlalu banyak saat si kecil minum susu.
  5. Sendawakan bayi setelah minum susu

Secara umum cegukan pada bayi dan anak merupakan hal yang tidak perlu dikhawatirkan. Meskipun demikian jangan anggap sepele bila cegukan berlangsung terus menerus lebih dari satu jam.



Sumber :

  1. Pediatrics, 2005
  2. American Academy of Family Physicians, 2005

KRITERIA DIAGNOSIS ADHD

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)


A. 1 atau 2

1. Enam (atau lebih) gejala inatensi/ gangguan konsentrasi yang menetap 6 bulan atau

lebih dengan derajat berat dan tidak sesuai dengan umur perkembangan.


INATTENSI / GANGGUAN KONSENTRASI

a. Sering gagal memberi perhatian yang cukupterhadap detail, atau membuat

kesalahan karena ceroboh saat mengerjakan pekerjaan sekolah, bekerja atau

aktivitas lain

b. Sering sulit mempertahankan pemusatan perhatian saat bermain atau bekerja

c. Sering seperti tidak mendengarkan bila diajak berbicara

d. Sering tidak enurut instruksi dan gagal mengerjakan pekerjaan sekolah, tugas

di pekerjaan (bukan karena melawan atau bukan karena tidak mengerti)

e. Sering mengalami kesulitan mengorganisir tugas dan aktivitas

f. Sering menghindari, tidak menyukai, atau menolak untuk melakukan tugas

yang memerlukan konsentrasi penuh, misalnya pekerjaan rumah atau pekerjaan

sekolah

g. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan sehari-hari untuk

menyelesaikan tugas dan aktivitas, misalnya mainan, pinsil, buku)

h. Perhatiannya mudah terpecah bila ada rangsang dari luar

i. Pelupa dalam aktivitas sehari-hari


2. Enam atau lebih gejala hiperaktivitas-impulsivitas, yang menetap 6 bulan atau

lebih, dengan derajat berat dan tidak sesuai dengan umur perkembangan


HIPERAKTIVITAS

a. Sering bermain jari atau tidak dapat duduk diam

b. Sering meninggalkan kursi di sekolah atau di situasi lain yang memerlukan

duduk di kursi

c. Sering lari dan memanjat berlebihan di situasi yang tidak tepat. Pada anak

remaja terlihat sebagai rasa gelisah.

d. Sering mengalami kesulitan bermain atau aktivitas lain yang memerlukan

ketenangan

e. Selalu bergerak, seperti didorong motor

f. Sering berbicara terlalu banyak


IMPULSIVE

g. Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai ditanyakan

h. Sering sulit menunggu giliran

i. Sering menginterupsi atau mengganggu anak lain, misalnya menyela suatu

percakapan, masuk ke dalam permainan tanpa “antri”

B. Gejala hiperaktif-impulsif mulai terlihat sebelum berumur 7 tahun

C. Gejala terjadi di dua situasi berbeda atau lebih misalnya di sekolah dan di rumah

D. Adanya gangguan bermakna dalam fungsi sosial, akademis, atau pekerjaan

E. Gejala bukan merupakan bagian gangguan perkembangan pervasif (autisme),

schizophrenia, atau gangguan jiwa berat lain, dan bukan disebabkan gangguan

mood, kecemasan atau ansietas, gangguan disosiasi, atau gangguan kepribadian

Tipe:

1. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder, tipe kombinasi bila didapat

kriteria A1 dan A2 selama 6 bulan terakhir

2. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder, tipe inatensi bila kriteria A1

dipenuhi tetapi kriteria A2 tidak dipenuhi selama 6 bulan terakhir

3. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder, tipe hiperaktif-impulsif bila

kriteria A2 dipenuhi tetapi kriteria A1 tidak dipenuhi selama 6 bulan terakhir



Sumber: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Ed. (DSM-IV).
Copyright 1994. American Psychiatric Association

Kamis, 03 Juni 2010

STRESS PADA ANAK

Stres bisa menyerang siapa saja, tak terkecuali anak-anak. Dalam batas tertentu stres dan
rasa cemas adalah hal yang normal dan sehat bagi anak-anak.

Jika dilihat dari stresornya (situasi yang menegangkan), stres dapat dibedakan menjadi 2 macam :
1. Eustress
merupakan stres yang sehat atau stres yang memberikan perasaan positif.
Seringkali jenis stres ini merupakan hasil dari mencoba hal-hal baru, menjaga persahabatan
dan terlibat dalam rutinitas sehari-hari.
Eustress bahkan bisa mendorong anak-anak maju dan memberi mereka rasa kepuasan,
sehingga Anda tidak perlu merasa khawatir dengan eustress.

2. Distress.
terjadi ketika seorang anak tidak dapat menyesuaikan diri atau menjadi kewalahan
dengan situasi kehidupan atau rasa tanggung jawab. Distress biasanya memiliki implikasi
negatif bagi anak-anak dan perlu disikapi lebih awal. Bahkan anak terkecil pun dapat
terpengaruh oleh stres ini, secara emosional, perilaku maupun fisik.



Beberapa perilaku khas yang mengindikasikan distress pada anak :

1. Agresi yang meningkat
2. Mengisolasi dari keluarga dan teman
3. Menangis yang tidak biasa
4. Mendadak mengompol
5. Perubahan kebiasaan makan dan tidur
6. Sering mengalami tantruming
7. Gugup, gelisah atau tidak tenang
8. Mengalami sakit perut, sakit kepala atau keluhan fisik lainnya
9. Sering bermasalah di sekolah
10. Merasa cemas


Perlu diingat bahwa semua anak mungkin mengalami beberapa perilaku tersebut pada titik-titik yang berbeda dalam masa perkembangan mereka. Biarkan anak mengetahui bahwa setiap orang pernah mengalami stres dan perasaan – perasaan seperti gelisah, marah dan kesepian adalah hal normal.
Jika perilaku tersebut berlangsung lama, hingga menyebabkan kecemasan yang signifikan atau masalah di sekolah, maka Anda perlu berkonsultasi dengan dokter anak, sekolah atau seorang konselor profesional. Evaluasi yang lebih formal mungkin diperlukan.


Petunjuk yang bisa mengurangi distress dalam kehidupan anak :

1. Jangan meremehkan kekuatan tidur dan gizi. Jangan tidur kurang dari 8 jam setiap
malam. Kurangi asupan gula dan kafein. Sebaiknya mengonsumsi makanan rumah.

2. Bicara, bicara dan bicara.
Atur waktu untuk mengecek dan mencari tahu tentang anak Anda secara rutin,
misalnya mengenai lingkungan teman, sekolah dan keluarga. Meskipun jika Anda tidak
setuju dengan pikiran dan perasaan mereka, berusahalah untuk menjadi teman curhat
mereka. Perasaan yang diinternalisasi dan tak terucapkan, adalah sumber utama dari stres.

3. Libatkan anak Anda dalam kegiatan fisik. Bergabung dalam tim olahraga atau bersepeda
dan berjalan merupakan syarat keberhasilan dalam mengelola stres.

4. Persiapkan anak dalam menghadapi situasi yang menegangkan atau yang bisa
membuatnya stres. Misalnya, pindah rumah, perubahan sekolah, janji bertemu
dengan dokter, ujian sekolah, bahkan liburan. Susunlah rencana tentang bagaimana
ia dapat mengatasi situasi yang sedang dihadapinya.

5. Jangan memenuhi jadwal anak-anak Anda dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Anak-anak juga perlu waktu untuk bersantai, bermain, menikmati kebebasan dan
bahkan merasakan bosan!

6. Ingat bahwa kita tidak bisa sepenuhnya melindungi anak-anak kita dari stres.
Membantu anak Anda mengembangkan keterampilan yang solid untuk mengatasi
masalah mereka adalah sebuah hadiah yang luar biasa.

MIMISAN PADA ANAK

DALAM masa pertumbuhan, anak sering kali mengalami mimisan (epistaksis). Selain disebabkan kelainan pembuluh darah, perubahan cuaca juga menjadi pemicu. Mimisan adalah pendarahan dari hidung. Jika tidak ada penyakit lain, mimisan biasanya hanya merupakan kelainan pada pembuluh darah di hidung.

Secara umum, mimisan terjadi akibat pembuluh darah yang pecah di daerah hidung bagian tengah, namanya pleksus kieselbach. Pembuluh darah ini merupakan anyaman jaringan pembuluh darah yang sangat halus dan tipis.

Pada anak-anak, pembuluh darah ini mudah berdarah terutama kalau ada infeksi di daerah hidung. Akibat infeksi, pembuluh darah yang tipis tersebut akan melebar dan kalau tersenggol sedikit saja akan mudah pecah.

Penyebab

- Udara panas dan kering
Udara panas dan kering membuat selaput lendir dalam hidung menjadi kering
dan pecah sehingga darah keluar.
- Pilek
Saat pilek kadang ia mencoba membuang lendir dalam hidung terlalu keras.
Hal ini tentu saja bisa mengakibatkan mimisan.
- Sering mengorek hidung
Kebiasaan mengorek-ngorek hidung juga menjadi penyebab mimisan.
Jangan biarkan si kecil mengorek-ngorek hidungnya terlalu dalam.
- Obat-obatan
Kandungan asetosal dan ibuprofen dalam obat-obatan tertentu dapat menimbulkan
mimisan pada anak. kandungan ini menyebabkan darah lama membeku
sehingga anak mudah mimisan.

Pertolongan pertama yang dapat Bunda lakukan di rumah :

- Dudukkan si kecil dan suruhlah si kecil agak membungkuk ke depan.
Setelah itu bernapaslah melalui mulut.
- Tekan cuping hidung (di atas lubang hidung) selama 5 menit,
bila masih berdarah lakukan lagi selama 10 menit.
- Kompres hidung dengan air dingin supaya aliran darah ke hidung lebih lambat.
- Kalau masih berdarah segeralah bawa ke ruang gawat darurat.


Berikut kiat-kiat mencegah mimisan :

- Perhatikan apakah si kecil sering mengorek hidung. Bila ya peringatkan untuk
berhenti melakukannya. Kalau masih melakukan peringatkan lagi sedikit lebih keras.
- Jauhi anak dari asap rokok atau bahan kimia lainnya. Beberapa anak alergi terhadap
asap rokok dan zat kimia tertentu.
- Bila cuaca dirasa terlalu kering gunakan pelembab ruangan.
Pastikan keadaan rumah selalu dalam ekadaan bersih.
- Teteskan larutan air garam atau oleskan cream pelembab ke dalam hidung untuk
membasahi hidung sehingga selaput lendir tidak kering.
- Sebisa mungkin hindari anak dari benturan di hidungnya.



sumber :
1. conectique